Penyeimbang Hidup …

Penyeimbang Hidup …

Tuntutan pekerjaan seringkali membuat kita kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi diri kita sendiri. Padahal kehidupan haruslah seimbang. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga dan diri kita sendiri agar kehidupan menjadi harmonis.


Blog ini adalah tempat saya mencoba menyeimbangkan hidup, kelas tempat saya kembali belajar menulis, sanggar tempat saya kembali ke masa kecil, saat saya sangat senang membuat coretan-coretan kecil diselembar kertas usang bekas pembungkus belanjaan ibu saya …

Rabu, 23 Maret 2011

"SUDAHKAH KITA BERCERMIN HARI INI ? "

Cermin dalam bahasa ‘sains’ adalah permukaan yang licin dan dapat menciptakan pantulan sehingga membentuk bayangan. Dalam pelajaran bahasa Indonesia pun ada peribahasa yang membahas tentang cermin, seperti: ”Berkaca dengan cermin retak”, yang artinya meniru pada contoh yang salah.
Dalam keseharian cermin pasti bukanlah benda asing lagi bagi kita, terutama wanita. Dalam satu hari bisa lebih dari sepuluh kali kita bercermin. Bahkan ada yang sampai berjam-jam menghabiskan waktu untuk mematut-matut diri di depan cermin.
Cermin itu bukan hanya untuk melihat dan dilihat saja. Tapi cermin juga butuh untuk dibersihkan dari debu yang sedikit demi sedikit menempel. Karena kalau tidak, debu itu akan mengerak dan tidak bisa lagi dibersihkan sehingga dia tidak mampu juga menangkap mana bayangan didepannya yang bagus dan tidak. Semua jadi tampak buram dan penuh kerak.
Karena fungsi cermin yang paling berguna adalah membantu mencerminkan atau merefleksikan bagian tubuh yang tidak dapat dilihat langsung oleh mata kita. Berdiri di depan cermin (datar), maka apa yang ada di depannya itulah yang terlihat. Senyum, marah, cemberut, nyengir, sinis, bersih, berjerawat, atau bermake up, maka akan seperti itulah yang ditampakkannya. Tak ada kebohongan. Hingga seringkali cermin diasosiasikan seperti hati nurani kita.
Dengan selalu ‘bercermin’ setiap hari maka kita akan menjadi pribadi yang selalu dapat mengkoreksi diri kita sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain nurani kita, ‘cermin’ kita adalah orang-orang terdekat disekeliling kita, karena merekalah yang dapat melihat dan menilai pribadi kita secara obyektif bukan diri kita sendiri. Pendapat dan koreksi dari orang-orang terdekat kita dapat menjadi acuan untuk menjadikan kita pribadi yang lebih baik dengan tetap tidak meninggalkan kepribadi kita sendiri.

"Maka pandai-pandailah memilih ‘cermin’ agar kita tidak sampai berkaca pada cermin yang retak".




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komenin ya ? ya..? ya..?