Penyeimbang Hidup …

Penyeimbang Hidup …

Tuntutan pekerjaan seringkali membuat kita kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi diri kita sendiri. Padahal kehidupan haruslah seimbang. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga dan diri kita sendiri agar kehidupan menjadi harmonis.


Blog ini adalah tempat saya mencoba menyeimbangkan hidup, kelas tempat saya kembali belajar menulis, sanggar tempat saya kembali ke masa kecil, saat saya sangat senang membuat coretan-coretan kecil diselembar kertas usang bekas pembungkus belanjaan ibu saya …

Rabu, 22 September 2010

SI MUKA DUA

Imam Muslim Rahimahullah meriwayatkan dari Yahya bin Yahya, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ
“Sesungguhnya, termasuk orang yang paling buruk adalah orang bermuka dua yang mendatangi mereka dengan satu muka dan mendatangi yang lain dengan muka lain.”[1]

Dalam riwayat lain disebutkan,

إِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ذَا الْوَجْهَيْنِ . (رواه الترمذي عن أبي هريرة)
“Sesungguhnya termasuk orang terburuk di sisi Allah pada Hari Kiamat, adalah orang yang bermuka dua.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah)[2]
----------------------------------------------------------------------------

“Eh tau nggak, ternyata si X itu orangnya gak asik banget deh..pelit, perhitungan dan malesnyaaa..minta ampun, kalo minjem apa-apa gak pernah dibalikkin bener, terusss..tau nggak kemaren itu dia ngomongin elo tau, ngejelek-jelekin elo gitu deh..katanya elo tuh orangnya …bla..bla..bla..”, begitu kira-kira sepenggal kalimat yang diucapkan oleh seorang teman saya, sebut saja Y, ketika membicarakan si X teman saya yang lain.

Saat itu saya hanya diam tidak mengucapkan sepatahkatapun dan memang tidak berminat untuk berkomentar apapun. Tapi sepanjang si Y bercerita, saya teringat ketika beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan si Z, dia bercerita bahwa si Y ini menjelek-jelekkan saya di depan Z dan X, hahahaha…mantabssss, di depan si X dan Z dia menjelekkan saya, sementara di depan saya dia menjelekkan si X dan besar kemungkinan suatu saat si Z pun akan kena giliran dijelek-jelekkan oleh si Y…berbakat jadi kompeni juga si Y ini rupanya…”Devide et Impera “.

Orang semacam si Y ini bisa disebut orang bermuka dua, yaitu orang yang datang kepada satu kelompok dengan menampakkan seolah-olah dirinya berada di pihak mereka dan berseberangan dengan pihak lawannya. Tetapi dalam waktu yang sama, dia juga datang kepada kelompok lain dan melakukan hal yang serupa. Dalam konteks sekarang, orang seperti ini barangkali bisa disebut sebagai oportunis, yaitu orang yang selalu mencari selamat dan tidak mempunyai idealisme.

Sikap mendua hati, apalagi pikiran merupakan penyakit yang termasuk sulit dideteksi. Kita tak bisa dengan mudah mengetahui seseorang bersifat munafik atau tidak kecuali terbukti dari ucapan dan perbuatannya. Di masa Rasulullah ada seorang yang bernama Abdullah bin Ubay, yang kemudian terkenal sebagai tokoh munafik jempolan.Bagaimana tidak, Rasulullah SAW. saja hampir terkecoh dengan sikapnya, kalau saja Allah tidak memberitahu lewat wahyu. Sifat munafik ini memang sangat berbahaya, istilah musuh dalam selimut atau bahaya laten bisa dialamatkan kepada orang-orang bermuka dua tersebut.

Kewaspadaan kita harus betul-betul ditingkatkan dalam menghadapi aksi-aksi mereka yang sulit terdeteksi dengan cermat. Boleh dikatakan gampang-gampang susah menghadapi sikap kaum munafik. Namun, kita tak perlu cepat menyerah, Abu Hurairah r.a. berkata, Rasullah SAW. bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; Jika bicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat.” (HR. Bukhori, Muslim). Dalam riwayat Muslim ada tambahan; meskipun ia puasa dan sholat, dan merasa diri sebagai seorang muslim. (Riadhus shalihin, Jilid I).

Repotnya, bicara dusta, berkhianat, mengingkari janji sudah menjadi tradisi yang mengakar di masyarakat kita. Sangat mudah bagi seseorang dalam mengadu domba, menyebarkan fitnah (kedustaan) untuk menghancurkan kelompok masyarakat lain. Sehingga kita merasa kesulitan siapa sebenarnya yang berkhianat dan berdusta.

Orang-orang dengan sifat seperti ini bisa kita temui dimana saja, dilingkungan tempat tinggal kita, lingkungan kerja, lingkungan teman sepermainan bahkan dilingkungan keluarga kita sendiri.

Salah satu upaya agar kita tidak terkena “virus bermuka dua” adalah dengan membiasakan bicara jujur apa adanya dimanapun dan kapanpun, selain itu kita juga harus pandai-pandai memilih lingkungan pergaulan kita, tapi apabila sangat terpaksa sekali kita harus tetap berada diantara orang yg memiliki sifat “bermuka dua” tersebut cara mengantisipasinya adalah dengan tidak terpancing untuk berkomentar terhadap cerita dari orang tersebut dan jangan pernah menceritakan apapun kepada orang tersebut, karena bukan tidak mungkin komentar-komentar kita atau cerita-cerita kita akan dia ceritakan kepada orang lain dengan “bumbu-bumbu” yang lebih bombastis. Karena “Orang pandai adalah orang yang tahu kapan dan kepada siapa dia harus menutup mulut”.

Semoga kita semua terhindar dari sifat “bermuka dua” dan orang-orang yang memiliki sifat tersebut.

2 komentar:

  1. kayak Hudson yang di Indonesian Talent itu ya teh.. hehehe.. Btw selamat ya, udah punya blog. Ditunggu tulisan2nya..

    BalasHapus
  2. hihihi ... kalo Hudson sih jauh lebih baik, bermuka dua tapi menghibur n gak ngerugiin orang lain yax ..

    Makasih udah mampir, ditunggu juga koreksi dan masukannya yaaa...

    BalasHapus

Komenin ya ? ya..? ya..?